Wednesday, 19 November 2014

Sosrokartono Orang Indonesia Pertama Yang Menjadi Sarjana




" Sosrokartono menguasai 17 bahasa asing dan 10 bahasa daerah, tak heran ia juga pernah bekerja menjadi wartawan perang di The New York Herald " - Syahid Muhammad-

Sosrokartono adalah kakak kandung dari Raden Ajeng Kartini. Nahh kalau RA Kartini tahu kan ?. Ia lahir pada tanggal 10 April 1877 di Jepara. Dia adalah anak dari Wedana Mayong Raden Mas Adipati Semangun Sosroningrat dan ibunya bernama Mas Ajeng Ngasirah. 

Pada tahun 1897 ia mendapat kesempatan emas belajar ke Belanda dalam rangka Politik Balas Budi Pemerintah Belanda. Belajarlah ia di Polytechnische School jurusan Teknik Sipil. Dua tahun kemudian ia lulus. Ia berubah haluan ketika melanjutkan studinya dengan memilih jurusan bahasa. Dari sinilah Sosrokartono mampu menguasai 17 bahasa asing. Luar biasa bukan ?

Kita lanjut yahhh bahas SosrokartonoSosrokartono sebagai putra pribumi yang bernasib baik hingga sekolah di negeri Belanda tidak serta merta membuat ia lupa dengan nasib rakyat di Indonesia . Pada Kongres Bahasa dan Sastra Belanda yang ke-25 di kota Gent, Belgia Sosrokartono membuat gempar akademisi Eropa. Pasalnya ia menyampaikan pidato berjudul Het Nederlandsch in Indie (Kritik Terhadap Pemerintah Belanda di Indonesia). Cuplikan pidatonya sebagai berikut "Hak itu jangan ditahan-tahan. Berikanlah kepada bangsaku kesempatan seluas-luasnya untuk memperkaya diri dengan pengetahuan. Tarik dan angkatlah mereka dari jurang kebodohan, berikan mereka sinar terang untuk membebaskan diri dari kegelapan ilmu pengetahuan."

Dengan penguasaan 17 bahasa asingnya Sosrokartono pernah menjadi wartawan perang untuk surat kabar Amerika, The New York Herald, yang merupakan cikal bakal The New York Herald Tribune. Kalangan internasional menyebutnya sebagai "De Javansche Prins" atau "Pangeran dari Jawa". 

Salah satu pesan Sosrokartono yaitu hiduplah seperti klungsu. Meski kecil dia (klungsu/biji asam) akan menjadi pohon asam yang besar, kokoh, dan menjadi peneduh. Dari pohon yang besar itu akan hadir pula klungsu-klungsu baru yang harus dididik untuk menopang dan memperkuat bangsa

No comments: